MENUNGGU ALLAH MURKA

Oleh : Nurbani Yusuf
Komunitas Padhang Makhsyar

Benarkah menutup sementara masjid saat wabah membuat Allah murka ?

Jadi apa ikhtiarmu mengatasi pandemi agar Allah tak murka ?

Vaksin tak mau — berjarak juga enggan. Pakai masker pun ditolak.

Memaksa hidup normal. Terus berihktilaf bahwa wabah adalah konspirasi. Apakah menunggu penguasa menyerah hilang akal, kemudian membiarkan wabah menyerang tanpa pengawasan ? Sementara ada ribuan terpapar bergelimpangan dan mati.

Apakah menolak vaksin. Tetap berkerumun. Tidak memakai masker. Adalah ikhtiarmu ? Apakah ini yang antum sebut bisa menahan murka Allah ?

Apapun yang tidak sesuai dibantah — hawa nafsu di tuhankan — semacam berhala karena dianggap ‘paling’. Seperti Dahriyun kaum pemuja massa dalam surah Jatsiyah —-

^^^^
Seorang pemuda berkendara unta bergegas wudhu dan shalat hingga lupa mengikat tali ontanya — kemudian Rasulullah saw berkata : ‘Ikatlah ontamu ! Pemuda itu menjawab mantab : ‘Aku bertawakal ya Rasulullah —jawabnya yakin — kemudian Rasulullah saw berkata sambil memegang kepala pemuda tawakal tadi: ‘Ikat ontamu kemudian bertawakal —‘.

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menceritakan dalam Badzlu Al-Maa’uun fii Fadhli Ath-Thaa’uun (hlm. 329), “Aku coba ceritakan, telah terjadi di masa kami ketika terjadi wabah ath-tha’un di Kairo pada 27 Rabiul Akhir 833 Hijriyah.

Awalnya baru jatuh korban meninggal di bawah empat puluh. Kemudian orang-orang pada keluar menuju tanah lapang pada 4 Jumadal Ula, setelah sebelumnya orang-orang diajak untuk berpuasa tiga hari sebagaimana dilakukan untuk shalat istisqa’ (shalat minta hujan).

Mereka semua berkumpul, mereka berdoa, kemudian mereka berdiri, dalam durasi satu jam lalu mereka pulang. Setelah acara itu selesai, berubahlah korban yang meninggal dunia menjadi 1.000 orang di Kairo setiap hari. Kemudian jumlah yang jatuh korban pun terus bertambah.”

^^^^
Saya berpendapat haram bagi yang mengidab penyakit menular semacam HIV, tbc, lepra, kusta dan penyakit menular lainnya berjamaah di masjid— bahkan penderita kudisan haram berwudhu dalam satu kulah di pakai bersama—ke alpaan nya dalam berjamaah di masjid setara dengan syahid karena menjaga jiwa kaum muslimin lainnya. Berjamaah di masjid adalah syariat— menjaga keselamatan dan jiwa kaum muslimin dari berbagai penyakit penyebab mati juga syariat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Bukhari)

Kebiasaan pada masa normal akan tetap diberikan pada masa pandemi — kebiasaan jamaah di masjid pada masa normal akan diberikan pada saat seseorang ada udzur berjamaah baik karena sakit, pandemi atau kondisi lainnya. Begitulah kemurahan Allah tabarawataala.

^^^
Prinsip Darul Mafasid Muqaddamun Ala Jalbih Mashalih tetap harus diaplikasi adil dan proposional — bukan berpihak atas kepentingan lantas mendefinisikan secara literal apa yang dimaksud ‘menghindari rusak’ —- lantas dengan gampang berkata : Allah murka jika menutup masjid’.

Bisakah dipahamkan apakah Allah akan menjaga onta yang diikat agar tak lari atau membiarkan onta terlepas dengan alasan tawakal ? Apakah Allah murka menutup sementara masjid di saat wabah atau terus berkerumun mendoa agar wabah segera hilang dengan alasan mencegah murka ?

Pada dasarnya setiap kita sedang membangun logika untuk membenarkan dan mencari peneguhan pada yang diingini— dan Allah Maha Bijak dan Maha mengetahui apa yang tidak manusia ketahui —

^^^^
Dalam kemutlakan Allah itulah semua kita berikhtiar dengan capaian yang sama sekali berbeda — bangunan logika sering tak cukup untuk memahami keluasan dan kemahakuasaan Allah tabaraka wataala —dalam keterbatasan dan ketidak mampuan itulah ada doa doa untuk mengetuk pintu langit. Pada akhirnya semua kita adalah kumpulan keterbatasan, ketidakmampuan dan ketidak berdayaan. Disana ada kemahakuasaan dan kemutlakan yang tak cukup dicandra dengan logika dan ikhtiar semata —

@nurbaniyusuf
Komunitas Padhang Makhsyar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *